--> CARA MENENTUKAN MASA KAWIN KAMBING | BISNIS SAMPINGAN

Web ini membantu untuk manjadikan referensi bisnis Anda.

Minggu, 01 Oktober 2017

CARA MENENTUKAN MASA KAWIN KAMBING

| Minggu, 01 Oktober 2017

CARA MENENTUKAN MASA KAWIN KAMBING


Untuk menghasilkan pembibitan kambing yang maksimal, masa kawin kambing perlu diatur. Kambing betina mulai dewasa pada umur 6-8 bulan. Pada umur tersebut kambing betina sudah bisa dikawinkan. Namun, untuk kambing PE (Peranakan Etawa) perkawinan pada umur tersebut harus dihindari karena alat reproduksinya belum berkembang sempuna. Sebaiknya masa perkawinannya ditangguhkan hingga mencapai umur 15 bulan.




Untuk menghindari perkawinan pada umur muda, pemeliharaan kambing betina dipisahkan sejak umur 5 bulan. Di dalam kandang maupun di tempat pengembalaan, kambing betina sebaiknya dipisahkan dari kambing jantan. Kandang kambing jantan sebaiknya cukup luas sehingga kambing dapat bergerak leluasa, tetap kuat, dan aktif.

Kambing sebaiknya dimandikan satu kali dalam seminggu, terutama jika hari panas. Pakannya juga harus diperhatikan, jangan sampai tubuhnya berkembang terlalu gemuk. Kambing jantan yang gemuk tidak bisa dijadikan pejantan yang baik karena akan menjadi pemalas dan nafsu kawinnya berkurang.













Kambing jantan siap dikawinkan pada umur 6-8 bulan.  Sejak saat itu, kambing jantan telah mampu mengawini kambing betina dewasa. Namun, untuk kambing PE, baru dapat menjadi pejantan yang baik jika umurnya telah mencapai antara 10-18 bulan.

a-b   = birahi
b-c   =Tidak birahi /bunting
c       =malahirkan
c-d   =susu pertama untuk cempe
d-g   =diperah
d-e   =saat air susu banyak
e-f    =birahi untuk dikawinkan
g       =pemerahan dihentikan
g-h   =mas kering
f-h    = bila tidak birahi lagi = bunting
h       = Saat melahirkan kedua

Di kalangan peternak, untuk menghasilakan anak kambing, maka perlu dikembangbiakkan dengan mengawinkan kambing dengan dua cara yaitu:

  1. Dengan cara alami yaitu kambing jantan dan betina dikawinkan dangan alat reproduksi langsung.
  2. Dengan cara buatan(Inseminasi Buatan): yaitu dengan mengambil semen atau sper**ma dari kambin jantan dan dimasukan ke dalam alat reproduksi kambing betina denga bantuan alat.


Berbeda dengan sapi yang banyak dilakukan dengan Inseminasi Buatan, untuk kambing, dikalangan peternak banyak dilakukan dengan secara alami. Kecuali untuk peternakan yang tergolong sudah maju, karena akan dipilih kualitas bibit yang unggu untuk ternak yang akan lahir.

Perkawinan kambing jantan dan betina harus harus diatur agar tidak terlalu capek. Satau ekor pejantan dapat mengawini 20-25 ekor betina, dan dalam sehari dapat melakukan perkawinan sebanyak 4-5 kali dengan intensitas 2-3 hari/minggu. Pejantan yang baik selalu dalam keadaan birahi. Setiap menerima rangsangan atau mencium bau kambing betina yang berada tidak jauh darinya, birahinya akan bangkit.




Kambing jantan yang digunakan sebagai pejantan harus dirawat dengan baik, dan diberi pakan yang bermutu yang jumlahnya mencukupi. Pejantan hanya dapat memberikan keturunan yang baik sampai umur 8(delapan) tahun. Lewat dari umur itu, pejantan sudah dianggap tua sehingga harus diapkir dan diganti pejantan lain yang umurnya lebih muda.

Masa mengawinkannya juga harus diperhatikan. Sebaiknya tidak mengawinkan kambing tepat lima bulan sebelum musim hujan. Dimaksudkan agar anaknya tidak dilahirkan pada  musim hujan yang sangat lebat. Jika kambing jantan tidak ingin mengawini betina pasangannya, sebaiknya kambing betina yang tidak disukai itu dicarikan pasangan pejantan lain yang ingin mengawini. Perkawinan antara kambing jantan dan betina bisa diatur sehingga dapat diramalkan waktu untuk produksi ternak.

Adakalanya saat mengawinkan kambing, ada saja kejadian yang menyebabkan kambing tidak berhasil terjadi pembuahan. Hal ini bisa aja terjadi karena peternak kita yang tidak mengenali tanda-tanda kambig lagi waktu bira*hi, tidak munculnya tanda bira hi karena kambing kekurangan gizi ataupu pakan yang berkualitas, telat mengawinkannya, atau terlau cepet mengawinkan sehingga sel telur belum begitu subur, tidak melakukan pencatatan jadi peternak tidak mengetahui siklus berikutnya, bisa juga kondisi penjantan yang tidak dalam kondisi sehat atau prima.Kegagalan ini tentunya sangat merugikan peternak sendiri, karena target yang ditentukan tidak tercapai, kerugian biaya pakan, dan rugi di waktu juga.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar